Kamis, 31 Januari 2013

Memiliki Kepekaan Dan Kepedulian

Memiliki Kepekaan Dan Kepedulian Ditulis oleh Ustadz Marwan Termasuk perkara yang wajib untuk senantiasa dijaga oleh setiap individu adalah menjaga ketaqwaan kepada Alloh Ta’aala dan menjauhi perilaku untuk tidak menyakiti sesama kaum muslimin, karena ancaman adzab Allah dalam masalah tersebut sangat berat dan akibat dalam masalah tersebut sangat membahayakan, Firman Allah Ta’aala : وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُّبِينًا Artinya : Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, Maka Sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. (Al Ahzaab : 58). Para ulama ahli tafsir berkata berkaitan tentang tafsir ayat ini : وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ Artinya : Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat (Al Ahzaab : 58). Yaitu : dengan bentuk apapun dari menyakiti apakah dengan perkataan atau perbuatan. وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ Yaitu : bukan karena sebab dari tindakan yang mereka lakukan yang mengharuskan untuk disakiti dan ia tidak berhak untuk disakiti. Adapun menyakiti kaum mukminin atau mukminah karena sebab apa yang mereka lakukan dan mengharuskan untuk disakiti, misalnya hukuman had (pidana) atau hukuman ta’ziir , maka yang demikian itu adalah benar, sebagaimana yang ditetapkan oleh syari’at. Kemudian Allah Ta’aala mengkhabarkan bahwa siapa yang menyakiti kaum mukminin dan mukminat tanpa hak maka sungguh ia telah memikul kebohongan dan dosa yang besar, yang berhak atasnya untuk diadzab dengan adzab yang pedih, sebagaimana di dalam hadits : Setiap muslim atas muslim yang lain terjaga darah,harta dan kehormatannya. Dan dari abu Hurairah –rodziallohu ‘anhu- ia mengatakan : Dikatakan, ya Rasulalloh sesungguhnya si fulanah menegakkan sholat malam dan berpuasa di siang harinya, dan ia menyakiti tetangganya dengan lisannya,maka nabi shallallohu’alaihi wa sallam mengatakan : Tidak ada kebaikan pada wanita tersebut, ia akan masuk ke neraka. Hadits ini dishohihkan oleh Al Hakim dan Ibnu Hibban dan selain keduanya. Sesungguhnya menyakiti kaum muslimin bisa terjadi dengan perkataan dan perbuatan, dengan perkataan semisal ghibah, namimah, mencerca dan mengumpat, Firman Allah Ta’aala : إِذْ تَلَقَّوْنَهُ بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُولُونَ بِأَفْوَاهِكُم مَّا لَيْسَ لَكُم بِهِ عِلْمٌ وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِندَ اللَّهِ عَظِيمٌ Artinya : (ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal Dia pada sisi Allah adalah besar. (An Nuur : 15). Dan FirmanNya : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (Al Hujuroot : 12). Menyakiti wanita yang lain diluar usaha yang mereka lakukan diantaranya dengan perbuatan ghibah adalah suatu yang diharamkan sedikit atau banyak, sebagaimana disebutkan dalam sunan Abi Dawud dari ‘Aisyah – radhiallahu’anha bahwa beliau pernah mengatakan : Wahai Rasulullah, cukuplah bagi engkau bahwa Shafiyah itu adalah demikian dan demikian. Salah seorang perawi mengatakan : Dimaksudkan bahwa ia seorang yang pendek. Maka Nabi shallallahu’alaihi Wa sallam mengatakan : Sungguh engkau telah berucap dengan suatu perkataan yang apabila dicampurkan dengan air laut maka sungguh akan merusak air laut tersebut. Demikian begitu besarnya gambaran yang diberikan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa saallam berkaitan dengan ghibah sekalipun sesuatu yang dianggap sedikit, bagaimana dengan hal-hal yang lebih besar dari pada itu yang menyangkut kewibawaan dan kehormatan seorang wanita shalihah. Termasuk menyakiti wanita yang lain diluar usaha mereka adalah ketika seorang berbuat namimah, yaitu menukil suatu perkataan untuk disampaikan kepada yang lain dalam rangka membuat kerusakan di antara mereka. Allah Ta’ala telah mengecam sifat yang demikian ini sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya : وَلَا تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ مَّهِينٍ هَمَّازٍ مَّشَّاءٍ بِنَمِيمٍ مَّنَّاعٍ لِّلْخَيْرِ مُعْتَدٍ أَثِيمٍ Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, Yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah, Yang banyak menghalangi perbuatan baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa (Al-Qolam ; 10-12) Diterangkan oleh Ibnu Katsir –rahimahullah – berkaitan dengan ayat ini : Seseorang mengadu domba di antara manusia, melakukan hasutan dan menebar fitnah di antara manusia. Satu hadits yang disebutkan oleh Imam Al-Bukhari Bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam mengatakan : Tidak akan masuk ke dalam surga yaitu qattat. Qattat adalah seorang pengadu domba sebagaimana diterangkan dalam hadits riwayat Muslim. Dan termasuk menyakiti manusia dengan perbuatan adalah memiliki banyak sekali jenisnya, di antaranya yang berbahaya adalah : Menyakiti tetangga dengan menggunakan perkara-perkara yang bisa menyakiti mereka dan membikin kacau mereka dengan suara-suara yang gaduh atau yang diharomkan seperti suara-suara musik, nyanyian dan alat-alat musik yang didapati sangat banyak di masa kita ini dengan sarana peralatan tekhnologi sekarang di rumah-rumah dan pertokoan-pertokoan. Orang-orang yang memilikinya tidak mempedulikan lagi bisingnya tetangga mereka dan mereka tersakiti dengannya. Demikian beberapa jenis perkataan atau perbuatan dan tindakan yang mengakibatkan orang lain terganggu dan bukan dari sebab usaha yang mereka lakukan, dan hal tersebut adalah perkara dosa yang wajib untuk dijauhi. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa agama ini melarang umatnya untuk memiliki sikap egoistis dan demikian pula sikap hanya mementingkan urusannya sendiri tanpa memperhatikan orang lain. Sehingga seseorang tidak tergolong dalam ancaman di dalam firman Allah : وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُّبِينًا Artinya : Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, Maka Sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. (Al Ahzaab : 58). Setiap wanita muslimah hendaklah peka dan peduli… Wallahu Ta’aala a’lam bishawwab. www.salafy.or.id

Rabu, 16 Januari 2013

Larangan Tasyabbuh (Menyerupai ) Orang Kafir

Larangan Tasyabbuh (Menyerupai ) Orang Kafir Published Date Oleh : Al-Ustadz Abu Karimah Askari Bin Jamal Al-Bugisi وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ “Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah, sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar). Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (Al-Baqarah:120) Penjelasan Ayat Di dalam ayat yang mulia ini, Allah Subhaanahu wata’aala, menyingkap apa yang terdapat di dalam hati orang-orang kafir dari kalangan Yahudi dan Nashara berupa ketidaksenangan mereka terhadap Islam yang dibawa oleh Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wasallam, dan para pengikutnya. Sehingga seluruh kemampuan yang mereka miliki, mereka gunakan untuk menggiring kaum muslimin agar mengikuti agama dan keyakinan mereka yang batil. Mereka jalankan makar tersebut sedikit demi sedikit, hingga akhirnya seorang muslim keluar dari Islam dan condong kepada agama mereka, wal ‘iyadzu billah. Karena itu, agama Islam menganjurkan untuk selalu menyelisihi kebiasaan orang-orang kafir sebagai sikap berlepas diri dari mereka dan keyakinan mereka. Sekaligus juga upaya menutup pintu masuknya pengaruh dan sikap kecondongan kepada agama dan tradisi yang mereka bawa. Al-’Allamah Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullohu dalam menjelaskan ayat ini berkata: “(Allah Allah Subhaanahu wata’aala, ) mengabarkan kepada Rasul-Nya bahwa Yahudi dan Nashara tidak senang kepadanya kecuali (bila kita) mengikuti agama mereka. Sebab mereka senantiasa mengajak kepada apa yang menjadi keyakinan mereka dan menyangka bahwa itu adalah petunjuk. Maka katakanlah kepada mereka: “Sesungguhnya petunjuk Allah yang engkau diutus dengannya adalah petunjuk yang sebenarnya. Adapun apa yang kalian yakini itu adalah hawa nafsu, dengan dalil firman Allah Allah Subhaanahu wata’aala, : “Dan jika engkau mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang kepadamu ilmu, maka Allah tidak akan menjadi wali dan penolongmu.” Di dalam ayat ini terdapat larangan besar untuk mengikuti hawa nafsu Yahudi dan Nashara. Juga larangan menyerupai mereka terhadap apa yang khusus dari agama mereka. Pembicaraan ini walaupun ditujukan kepada Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam, sesungguhnya umatnya termasuk di dalamnya. Sebab yang menjadi ibrah adalah keumuman maknanya dan bukan kekhususan siapa yang diajak berdialog, sebagaimana pula yang menjadi ibrah adalah keumuman suatu lafadz dan bukan dikhususkan pada sebab turunnya.” (Taisir Al-Karimir Rahman, 64-65) Berkata pula Ibnu Jarir rahimahullohu, dalam menafsirkan ayat ini: “Wahai Muhammad, tidaklah Yahudi dan Nashara senang kepadamu selamanya. Maka biarkanlah mereka untuk mengikuti apa yang menyenangkan mereka dan yang sesuai dengan mereka. Dan carilah apa yang mendatangkan ridha Allah dalam mengajak mereka kepada apa yang Allah utus kepadamu berupa kebenaran.” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/164) Demikian pula yang dijelaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullohu setelah menyebutkan ayat ini: “Perhatikanlah bagaimana Allah mengatakan dalam pengkabaran tersebut ‘millah mereka’ dan mengatakan dalam hal larangan ‘hawa-hawa nafsu mereka’ sebab kaum tersebut (Yahudi dan Nashara) tidaklah senang kecuali (bila kita) mengikuti millah (ajaran) mereka secara mutlak. Hardikan (Allah) tersebut adalah dalam hal mengikuti hawa nafsu mereka sedikit atau banyak. Dan merupakan perkara yang telah diketahui bahwa mengikuti mereka terhadap apa yang ada di dalam agama mereka adalah termasuk jenis mengikuti apa yang mereka lakukan dari hawa nafsu atau menjadi sebab mengikuti hawa nafsu mereka.” (Iqtidha Ash-Shirathil Mustaqim, 1/87) Nash-nash Larangan Tasyabbuh dengan Orang Kafir Di dalam Al-Qur’an Al-Karim dan As-Sunnah An-Nabawiyyah yang shahih banyak menyebutkan larangan bagi kaum muslimin untuk menyerupai dan mengikuti cara hidup orang-orang kafir baik secara global maupun terperinci. Di mana semua itu menunjukkan bahwa agama Allah Allah Subhaanahu wata’aala, ini dibangun di atas prinsip yang menjadi salah satu pondasi Islam yaitu berlepas diri dan menyelisihi ash-habul jahim(penghuni jahannam) dari kalangan orang-orang kafir. Di antara dalil yang menjelaskan hal tersebut adalah firman-Nya: “Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Bani Israil Al Kitab (Taurat), kekuasaan, dan kenabian. Dan Kami berikan kepada mereka rizki-rizki yang baik serta Kami lebihkan mereka atas bangsa-bangsa (pada masanya). Dan Kami berikan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata tentang urusan (agama). Maka tidaklah mereka berselisih melainkan sesudah datang kepada mereka pengetahuan karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Sesungguhnya Tuhanmu akan memutuskan antara mereka pada hari kiamat terhadap apa yang selalu mereka perselisihkan padanya. Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu. Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya mereka sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu sedikitpun dari (siksaan) Allah. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain, dan Allah adalah pelindung orang-orang yang bertakwa.” (Al-Jatsiyah: 16-19) Syaikhul Islam rahimahullohu berkata: “Allah mengabarkan bahwa Ia memberikan kenikmatan kepada Bani Israil dengan berbagai kenikmatan dunia dan akhirat. Dan bahwa mereka berselisih setelah datangnya ilmu kepada mereka disebabkan menentang al-haq sebagian mereka terhadap sebagian yang lain. Lalu Allah menjadikan Muhammad shallallohu ‘alaihi wasallam, berada di atas syariat yang telah ditetapkan-Nya, memerintahkan (umat ini) untuk mengikuti beliau dan melarang dari mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak berilmu. Termasuk orang-orang yang tidak berilmu adalah semua orang yang menyelisihi syariat-Nya. Hawa nafsu adalah apa yang mereka condong kepadanya dan apa yang diamalkan oleh kaum musyrikin berupa cara-cara mereka yang dzahir/ tampak, yang menjadi kewajiban agama mereka yang batil dan yang semacamnya. Maka menyesuaikan (meniru) keadaan seperti mereka adalah mengikuti hawa nafsu. Oleh karena itu, orang-orang kafir merasa gembira bila kaum muslimin menyerupakan diri dengan mereka dalam sebagian keadaan mereka dan mereka senang dengannya. Mereka sangat berharap bahwa jika mereka lebih berupaya lagi maka hal tersebut akan terjadi (yaitu kaum muslimin akan mengikuti mereka). Kalau seandainya perbuatan itu bukan termasuk mengikuti hawa nafsu mereka, tentu tidak diragukan bahwa menyelisihi mereka lebih menutup jalan untuk mengikuti mereka dan lebih membantu untuk menggapai ridha Allah Allah Subhaanahu wata’aala. Menyesuaikan diri dengan mereka (dalam sebagian perkara) bisa membawa kepada perbuatan menyerupai mereka dalam hal lain. Karena barangsiapa yang mendekati tempat terlarang, lama kelamaan dia akan terjatuh ke dalamnya.” (Iqtidha Ash-Shiratil Mustaqim, 1/85-86) Lebih ditegaskan lagi dengan sabda Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam : “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk mereka (kaum tersebut).” (HR. Abu Dawud dari Abdullah bin ‘Umar c dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani tdalam Shahih Al-Jami’, no. 6149) Syaikhul Islam rahimahullohu berkata: “Hadits ini hukum minimalnya adalah haram menyerupai mereka (kaum kafir) walaupun dzahir hadits ini menunjukkan kafirnya orang yang menyerupai mereka, seperti firman-Nya: “Barangsiapa yang loyal kepada mereka maka sesungguhnya dia termasuk dari mereka.” (Al-Maidah: 51) (Iqtidha Ash-Shiratil Mustaqim, 1/241) Bentuk Penyelisihan Islam Terhadap Kuffar 1. Perpindahan kiblat Di dalam perintah Allah tentang pemindahan kiblat kaum muslimin terdapat pelajaran yang sangat berharga, khususnya dalam menampakkan sikap berlepas diri dari orang-orang kafir dan tidak menyerupai mereka dalam setiap ibadah dan tradisi mereka, sehingga terjadi perbedaan yang dzahir antara muslim dan kafir. Allah Allah Subhaanahu wata’aala, berfirman: “Dan sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi dan Nashrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil), semua ayat (keterangan), mereka tidak akan mengikuti kiblatmu. Dan kamupun tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebagian merekapun tidak akan mengikuti kiblat sebagian yang lain. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, maka kamu termasuk golongan orang-orang yang zalim. Orang-orang (Yahudi dan Nashrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui. Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu. Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dan dari mana saja kamu keluar, maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram; sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. Dan dari mana saja kamu keluar, maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka. Maka janganlah kamu, takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Dan agar Kusempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk. (Al-Baqarah: 145-150) Para ulama salaf berkata: “Makna ayat ini adalah agar tidak ada hujjah atas kalian tatkala menyerupai kiblat mereka, di mana mereka mengatakan: “Mereka telah mencocoki kami dalam hal kiblat, maka tidak lama lagi akan mencocoki kami dalam agama kami.” Maka Allah mematahkan hujjah mereka dengan (perintah untuk) menyelisihi kiblat mereka. Allah Allah Subhaanahu wata’aala, menjelaskan bahwa di antara hikmah dipindahkannya kiblat adalah menyelisihi kaum kuffar dalam kiblat mereka agar yang demikian memutuskan keinginan mereka yang batil.” (Iqtidha Ash-Shirathil Mustaqim, 1/88) 2. Memelihara jenggot dan memangkas kumis Sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim dari hadits Abdullah bin ‘Umar radiallohu anhu bahwa Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam, bersabda: “Selisihilah kaum musyrikin, cukurlah kumis dan biarkanlah jenggot kalian.” Dalam riwayat Al-Imam Muslim dari hadits Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam, bersabda: “Pangkaslah kumis biarkanlah jenggot kalian, selisihilah kaum Majusi.” 3. Shalat dengan menggunakan sandal atau khuf (sepatu dan semisalnya) Merupakan salah satu petunjuk Rasulullah r dalam shalat adalah melaksanakan shalat tanpa alas kaki dan terkadang dengan beralas kaki. Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari hadits ‘Amru bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya (Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash), ia berkata: “Aku melihat Rasulullah r shalat dalam keadaan bertelanjang kaki dan dalam keadaan menggunakan sandal.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, Ibnu Abi Syaibah, dll. Dihasankan oleh Syaikhuna Muqbil bin Hadi t dalam kitab beliau Syar’iyyatush Shalati bin Ni’al) Namun bukanlah petunjuk Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam, apabila seseorang tidak pernah melaksanakan shalat dengan memakai sandal dalam keadaan memungkinkan bagi dia untuk menggunakannya. Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Al-Hakim dari hadits Syaddad bin Aus radiallohu anhu, bahwa Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam, bersabda: “Selisihilah kaum Yahudi karena mereka tidak shalat dengan sandal dan sepatu mereka.” (HR. Abu Dawud, Al-Hakim, Al-Baihaqi, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani t dalam Shahih Al-Jami’ no. 3210) Syaikhuna Al-’Allamah Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i rahimahullohu berkata: “Di antara kemudharatan yang paling besar tatkala meninggalkan shalat dengan memakai sandal, bahwa mayoritas kaum muslimin menjadi jahil tentang sunnah ini dan menganggap bahwa yang shalat dengan memakai dua sandalnya telah melakukan dosa besar dan telah menganggap halal apa yang telah dianggap halal oleh para pelaku dosa besar.” (lihat kitab Syar’iyyatus Shalati Binni’al. Lihat perkataan beliau dalam kitab tersebut, dalil-dalil serta atsar dari ulama salaf, serta kemudharatan ditinggalkannya sunnah yang mulia ini) Masih banyak lagi contoh sikap Islam dalam menyelisihi ash-habul jahim. Silahkan lihat kitab Iqtidha Ash-Shirathil Mustaqim karangan Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah rahimahullohu. Keterjerumusan Kaum Muslimin dalam Menyerupai Kaum Kuffar Sudah merupakan sunnatullah bahwa di antara umat ini akan ada yang terjerumus ke dalam kesesatan, dengan cara mengikuti langkah-langkah orang-orang sebelum mereka dari kalangan ahli kitab dan musyrikin. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam,: “Kalian pasti akan mengikuti langkah-langkah orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal atau sehasta demi sehasta, sampai walaupun mereka masuk ke dalam lubang dhabb, kalian pun memasukinya.” Para shahabat bertanya: “Apakah yang dimaksud adalah Yahudi dan Nashara?” Beliau menjawab: “Siapa lagi (kalau bukan mereka)?” (Muttafaqun ‘alaihi dari hadits Abu Sa’id Al-Khudri radiallohu anhu). Berikut ini adalah sebagian bentuk penyerupaan terhadap ahli kitab dan kuffar yang sebagian kaum muslimin terjatuh ke dalamnya. 1. Menjadikan kuburan orang-orang yang dianggap shalih sebagai masjid Hal ini telah diperingatkan oleh Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam, dengan sabdanya: “Semoga Allah memerangi kaum Yahudi, mereka telah menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid.” (Muttafaqun ‘alaihi dari hadits Abu Hurairah radiallohu anhu) Lihat pembahasan lebih rinci tentang hukum membangun masjid di atas kuburan dalam kitab Tahdzir As-Sajid min Ittikhadzil Qubur Masajid karangan Asy-Syaikh Al-Albani rahiamahullohu. 2. Tidak menerima kebenaran kecuali apa yang datang dari kelompoknya Termasuk salah satu karakter kaum Yahudi adalah mereka telah mengetahui kebenaran sebelum nampak orang yang mengucapkannya dan yang menyerunya. Namun tatkala datang kepada mereka yang mengucapkan al-haq tersebut dan ternyata bukan dari kelompok yang mereka kehendaki, maka mereka pun enggan untuk mengikuti dan mereka tidak menerima kebenaran kecuali yang datang dari kelompok yang mereka menisbahkan diri kepadanya. Padahal mereka tidaklah mengikuti apa yang wajib dalam keyakinan mereka. Allah Subhaanahu wata’aala, berfirman: Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kepada Al Qur’an yang diturunkan Allah”, mereka berkata: “Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami”. Dan mereka kafir kepada Al Qur’an yang diturunkan sesudahnya, sedang Al Qur’an itu adalah (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah: “Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman?” (Al-Baqarah: 91) Dan hal ini banyak menimpa orang-orang yang menisbahkan diri kepada kelompok tertentu dalam berilmu atau beragama dari kalangan ahli tasawwuf, atau kepada selain mereka, atau kepada seorang pemimpin yang diagungkan oleh mereka dalam agama -kecuali Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam. Mereka tidak mau menerima ajaran agama ini baik pendapat maupun riwayat kecuali yang dibawa oleh pemimpin mereka. Padahal Islam mengharuskan mengikuti kebenaran tersebut secara mutlak, baik pendapat maupun riwayat, tanpa mengkhususkan seseorang atau kelompok kecuali Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam. (lihat kitab Iqtidha Ash-Shirathil Mustaqim, 1/ 74-75) Wallahul hadi ilaa sabiilir rasyaad. http://asysyariah.com/larangan-tashabuh-dengan-orang-kafir.html

Selasa, 15 Januari 2013

Salafy Harus Waspada Dari ‘Penyusup’ !!!

Salafy Harus Waspada Dari ‘Penyusup’
!!! Posted 09/11/2012 by thalibmakbar in Faedah Dari Kitab Ulama, Syaikh Muhammad Al-Imam. Ditandai:al-hadits, CIA, dakwah, dar, ma'bar, MOSSAD, penyusup, salafiyah, yaman. Salafy Harus Waspada Dari ‘Penyusup’!!! بسم الله الرحمن الرحيم Ibnu ‘Asyur رحمه الله menegaskan: “Sudah merupakan garis yang telah dituliskan, bahwa bangsa manusia itu perlu bergaul dan hidup bersama orang lain, dia tidak bisa hidup sendirian. Ketika dia hidup bersama orang lain maka dia akan mendapati masing-masing orang memiliki arah dan tujuan yang berbeda-beda, sehingga timbullah perbedaan dan perselisihan.” Termasuk dari bangsa manusia tersebut adalah salafy. Merekapun manusia biasa, tidak lepas dari ancaman perbedaan dan perselisihan. Dan jalan keluarnya dari perselisihan yang terjadi dalam masyarakat yang heterogen ini adalah seperti yang dijelaskan pula oleh Ibnu ‘Asyur رحمه الله: “Untuk menghidari dan menyelesaikan perbedaan serta perselisihan dalam masyarakat bangsa manusia adalah dengan mencontoh masyarakat Rasul صلى الله عليه وسلم. Semua permasalahan dalam masyarakat beliau diselesaikan dengan acuan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dengan menerima dan tunduk pada ketentuan Al-Qur’an dan As-Sunnah maka akan selesai semua permasalahan.” Adapun kita yang sudah jauh dari zaman masyarakat Rasul, maka selain mengacu pada ketentuan Al-Qur’an dan As-Sunnah kita memerlukan hal yang ketiga, yaitu berpegang dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman ulama salaf (ulama terdahulu). Dan untuk bisa mendapatkan pemahaman ini maka kita harus mengambil bimbingan dari para ulama yang jernih ilmunya mengabdikan diri secara murni untuk agama Allah تعالى, bukan ulama partai atau kelompok sempalan, bukan pula ulama pengejar kepentingan dunia. Inilah pesan dari Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam. Agar perbedaan segera selesai makalah harus kembali pada Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan bimbingan para ulama sunnah. Sebab perselisihan yang harus diwaspadai oleh para salafiyin Sebab-sebab perselisihan sangatlah berbilang jumlahnya, diantaranya; perbedaan ideologi, perbedaan pemahaman, perbedaan kepentingan, urusan pribadi, dan lainnya. Namun salafy secara khusus dan kaum muslimin secara umum jangan lupa, bahwa ada satu sebab yang termasuk sangat besar pengaruhnya, sehingga bisa menimbulkan perselisihan yang berkepanjangan dan tanpa henti. Sebab tersebut adalah ‘penyusup’. Orang ini pura-pura menjadi salafy, bergaul dengan salafy, terlihat ataupun tidak, sementara tujuan di balik itu untuk merusak salafy dari dalam, membenturkan satu dengan yang lain, membenturkan salafy dengan masyarakat, memecah shaf dan keutuhan ahlus sunnah dan berbagai tujuan yang lain. Mari sedikit kita perhatikan apa saja yang telah terjadi terhadap islam dan dakwah Rasul صلى الله عليه وسلم karena ulah ‘penyusup’ ini? Pertama: Pada zaman Rasulullah صلى الله عليه وسلم telah terjadi penyusupan besar yang dipimpin oleh pimpinan kaum munafiq yaitu Abdullah bin Ubay bin Salul. Tidaklah dia melakukan upaya dan gerakan kecuali bertujuan untuk membuat madharat kepada islam dan dakwah Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Diantara bentuk tindakannya telah diukir dan dibadaikan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah agar kita mengambil pelajaran akan bahayanya kaum ‘penyusup’ ini. Contohnya: 1. Pembelotan dengan segaja yang dilakukan kaum munafiqin pimpinan Abdullah bin Ubay pada perang Uhud. Sebagaimana dalam hadits Zaid bin Tsabit رضي الله عنه: لَمَّا خَرَجَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم إِلَى أُحُدٍ رَجَعَ نَاسٌ مِنْ أَصْحَابِهِ، فَقَالَتْ فِرْقَةٌ: نَقْتُلُهُمْ، وَقَالَتْ فِرْقَةٌ: لَا نَقْتُلُهُمْ، فَنَزَلَتْ:{فَمَا لَكُمْ فِي الْمُنَافِقِينَ فِئَتَيْنِ}، وَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: إِنَّهَا تَنْفِي الرِّجَالَ، كَمَا تَنْفِي النَّارُ خَبَثَ الْحَدِيدِ “Kami keluar bersama Nabi صلى الله عليه وسلمke Uhud. Sebagian orang dari rombongan beliau berbalik (membelot, mereka adalah kaum munafiq pimpinan Abdullah bin Ubay). Maka sekelompok orang dari para shahabat berkata: “Kita bunuh mereka.”, sekolompok yang lain berkata: “Kita tidak akan membunuh mereka”. Maka turunlah ayat: “Ada apa kalian, menjadi dua kelompok terkait kaum munafiq …”. Maka Rasulullah صلى الله عليه وسلمbersabda: “Sesungguhnya Uhud ini menolak sekelompok orang (munafiq, yang tidak jujur imannya), sebagaimana api itu akan menghilangkan kotoran dalam besi.” 2. Pengkhianatan penyusup Abdullah bin Ubay dan kroni-kroninya terkait Yahudi Bani Nadhir, sebagaimana disebutkan oleh Allah تعالى dalam Al-Qur’an; أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ نَافَقُوا يَقُولُونَ لِإِخْوَانِهِمُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَئِنْ أُخْرِجْتُمْ لَنَخْرُجَنَّ مَعَكُمْ وَلَا نُطِيعُ فِيكُمْ أَحَدًا أَبَدًا وَإِنْ قُوتِلْتُمْ لَنَنْصُرَنَّكُمْ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ “Tidakkah engkau melihat orang-orang munafiq itu berkata pada teman-temannya yang kafir dari kaum Ahli Kitab: “Jika kalian keluar (memerangi Muhammad) maka kami akan keluar bersama kalian, dan kami tidak akan mentaati seorangpun untuk menyerang kalian selamanya, dan jika kalian diperangi maka kami akan menolong kalian.” Dan Allah bersaksi bahwa mereka (kaum munafiq) ini benar-benar berdusta.” (Al-Hasyr: 11) 3. Kejahatan penyusup Abdullah bin Ubay menyebarkan berita dan tuduhan dusta bahwa ‘Aisyah رضي الله عنها berzina, sebagaimana dalam hadits Bukhary – Muslim: وَكَانَ الَّذِي تَوَلَّى الْإِفْكَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أُبَيٍّ ابْنُ سَلُولَ “Yang mempromotori penyebaran tuduhan dusta ini adalah Abdullah bin Ubay bin Salul.” Dan Allah تعالى telah membantah tuduhan dusta ini dalam surat An-Nur dalam beberapa ayat. Silahkan dirujuk. Kedua: Pada masa kahalifah ‘Utsman dan ‘Ali رضي الله عنهما muncullah seorang penyusup dari Yahudi yang bernama Abdullah bin Saba’. Membakar amarah kaum muslimin untuk menentang pemerintah sah, yaitu‘Utsman رضي الله عنه yang mengakibatkan terbunuhnya beliau. Dan Abdullah bin Saba’ ini yang meletakkan dasar-dasar kelompok sempalan yang sesat yaitu Syi’ah Rafidhah. Menyusup dalam barisan ‘Ali رضي الله عنه, berpura-pura masuk islam dan menampakkan diri mencintai ahlul bait. Namun akhirnya mengajak kaum muslimin untuk mencela para shahabat terkhusus Abu Bakr dan ‘Umar رضي الله عنهما, mempertuhankan ‘Ali dan menggerogoti ajaran islam dari dalam. Sejarah menjadi saksi akan hal ini. Ini 2 contoh penyusupan yang terjadi pada kurun nabi dan zaman shahabat. Padahal sejarah telah panjang lebar menyebutkan penyusupan demi penyusupan dari kurun ke kurun, zaman ke zaman. Tinggallah kita pada masa ini untuk mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa pahit yang telah lewat. Para penyusup akan melakukan berbagai cara dan menggunakan berbagai kesempatan untuk memporak porandakan keutuhan salafy dan dakwah salafiyah secara khusus, dan mencerai beraikan kaum muslimin secara umum. Ketiga: Kita ambil contoh untuk pada zaman ini. Ingat dan ingat!! Para ulama telah mengingatkan bahwa perselisihan yang ada dalam tubuh dakwah salafiyah juga tidak terlepas dari ‘provokasi’ para penyusup ini. Disadari ataupun tidak dan terlihat ataupun tidak. Peringatan dari Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi حفظه الله terkait dengan sebagian perselisihan di antara Ahlus sunnah dan du’at salafiyin: “Pertikaian itu awal mulanya adalah tipu daya syaithan dari kalangan jin dan syaithan dari kalangan manusia terhadap orang-orang jahil, sehingga mereka terjerembab padanya. Jika telah menyala dan berkobar apinya maka nampak jelas bagi mereka akibat buruk dari api pertikaian ini. Orang yang berakal dan tanggap akan menyadari munculnya fitnah dan pertikaian ini pada awal mulanya. Dan orang yang jahil / bodoh tidaklah menyadarinya kecuali ketika pertikaian ini sudah usai. Maka aku menasehatkan agar kalian menjaga lisan-lisan kalian dari ikut campur dan terjun dalam pertikaian ini, dan agar kalian kembali bersaudara di antara kalian. Siapa yang terjadi padanya sikap saling menghindar dan melengos, maka wajib untuk kembali kepada al-haq. Sebab dalam pertikaian ini adalah penyusupan ‘provokator pertikaian’ untuk menyalakan api pertikaian. Sadarilah ini!! Suatu ketika Asy-Syaikh Muqbil menelponku dan berkata: “Sampai berita padaku bahwa engkau mengatakan di dalam majelis kami ada ‘penyusup hizbiyin’?” Maka aku berkata: “Aku tidak ingat apakah aku mengatakan atau tidak, dan sekarang aku tegaskan kepadamu: “Ya (ada penyusup dari hizbiyin)”. Sesungguhnya para pembuat kerusakan menempatkan di sekitar orang-orang penting itu ‘suatu bagian’. Mereka menempatkan di sekitar Asy-Syaikh Al-Albany suatu bagian, menempatkan di sekitar Asy-Syaikh Ibnu Baz suatu bagian, dan menempatkan di sekitar para penguasa suatu bagian. Serta mereka menempatkan di sekitar setiap ‘alim itu suatu bagian. Dengan tujuan untuk mencapai misi busuk mereka melalui ‘bagian’ ini. Maka kita tidak merasa aman dari penyusupan.” Kalau saja di majelis ulama demikian, maka kita juga tidak akan terlepas dari penyusupan ini. Karena misi yang mereka kejar dalam penyusupan di sekitar ulama adalah sama dengan yang mereka kejar dalam penyusupan di sekitar kita, di sekitar salafiyin. Peringatan dari Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam حفظه الله terkait perselisihan di antara du’at salafy yang berkepanjangan dan tak kunjung selesai, beliau sampaikan dalam pertemuan di ruangan beliau, qadarullah tidak sempat terekam, dan ini kami sampaikan secara makna: “Perlu kalian ketahui bahwa perselisihan berkepanjangan yang terjadi di antara du’at tidak terlepas dari unsur ‘penyusupan’ atau ada campur tangan penyusup. Hal ini telah terbukti dalam sejarah perjalanan islam, dan juga perjalanan dakwah salafiyah. Bagaimana mungkin kok perselisihan ini terus timbul dalam keadaan kedua belah pihak yang berselisih sudah siap untuk bersatu mencari titik terang?? Tentu ada pihak-pihak yang menyusup ke dalam salafiyin dan membakar kembali amarah kedua belah pihak. Entah menyusup ke dalam masing-masing pihak dan entah menyusup ke salah satunya. Dan para penyusup ini bisa jadi dari kalangan kufar, atau dari hizbiyin (kelompok menyimpang), atau dari intelegen.” Demikian pesan dan peringatan Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam حفظه الله. Adapun contoh kongkritnya, maka teman-teman yang mengenal dakwah salafiyah di Indonesia sejak sebelum tahun 2000 insyaallah sudah menemukan sebagian contoh akan hal ini, di berbagai kota di berbagai tempat. Belum di belahan dunia yang lain. Kita persingkat ini untuk menyingkat ruan pembahasan. Dan sekarangpun tidak jauh kemungkinan, kalau terjadi perselisihan yang berkepanjangan di antara salafiyin di Indonesia, di sana ada pihak yang menyusup untuk memperkeruh keadaan. Maka hendaknya kita waspada. Agar kita bisa berjalan bersama saudara-saudara kita dengan harmonis, dan agar kita bisa bergaul dan berinteraksi dengan masyarakat secara harmonis pula. Lalu siapa yang akan menyusup ke dalam barisan salafiyin secara khusus atau kaum muslimin secara umum, untuk berulah dari dalam? Pertanyaan ini sudah dijawab dalam peringatan Asy-Sayikh Rabi’ dan Asy-Sayikh Al-Imam حفظهما الله. Namun tidak mengapa kita mengulanginya dengan penjelasan. Para penyusup tersebut bisa dari: Kaum Kufar, entah Yahudi (dan ini yang sering), entah Nasrani (dan ini tidak sedikit), entah antek-antek keduanya. Karena jelas permusuhan mereka terhadap islam secara umum, dan secara khusus terhadap ahlus sunnah. Sejarah membuktikan hal itu. Kaum hizbiyin, kaum penyimpang, dengan berbagai modelnya. Alasannya pun berbeda-beda, ada yang kerena balas dendam, karena ahlus sunnah telah menjelaskan kepada umat kebusukan mereka, dan ini yang paling sering. Atau karena melihat ahlus sunnah menjadi penghalang tujuan inti mereka. Tujuan yang mendominasi dari setiap kelompok sempalan adalah kursi, kekuasaan, dan penumpahan darah. Entah tujuan jangka pendek ataupun jangka panjang. Sejarah menjadi saksi akan hal ini. Kaum intelegen. Kenapa bisa? Apa alasannya? Pertama: Perlu diketahui bahwa dakwah Ahlus sunnah itu menyeru untuk selalu taat kepada pemerintah muslim selama tidak memerintahkan kepada kemaksiatan terhadap Allah تعالى dan Rasul-Nya صلى الله عليه وسلم. Ahlus sunnah selalu dibimbing untuk menciptakan persatuan yang terbentuk dengan tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah, selama ajakan itu tidak ada unsur penentangan terhadap Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahama yang benar maka ahlus sunnah dibimbing untuk mengikuti. Kedua: Kalau ada unsur intelegen kok melakukan suatu bentuk ‘penyusupan’ dalam tubuh salafiyin, maka ada beberapa kemungkinan; Karena rasa khawatir, bahwa salafy akan mengancam keutuhan pemerintah. Dan ini sebenarnya tidak perlu. Karena salafy, ahlus sunnah dibimbing untuk mentaati pemerintah bukan untuk menggulingkan pemerintah. Sebuah pesan untuk teman-teman salafy agar mengingat aqidah ahlus sunnah, yaitu: Mentaati pemerintah muslim selama tidak memerintahkan untuk melanggar Al-Qur’an dan As-Sunnah. Meskipun pemerintah ini termasuk pemerintah yang zhalim. Kalaupun ada ‘oknum’ dari salafy yang nyeleneh dan membangkang pada pemerintah maka oknum tersebut kita bilang telah melenceng dari garis asal yang dibimbingkan, atau tidak mengamalkan bimbingan tersebut. Silahkan melihat kembali pada artikel sebelumnya tentang ketaatan pada pemerintah. Karena ‘proyek’ dari CIA (Amerika) atau MOSSAD (Yahudi). Dan bisa dibilang keduanya adalah satu. Seakan tiada suatu negara kecuali agen CIA ada di situ. Atau ada kepentingan yang lain yang bisa saja memungkinkan. Berbagai kemungkinan bisa saja timbul dan terjadi. Ini terjadi di semua belahan dunia, dan hampir di setiap negara. Demikian kata Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam, karena beliau telah mendapatinya, sampai beliau memberikan nasehat dan khutbah khusus menasehati mereka, dan menyatakan dakwah ahlus sunnah itu bukan dakwah yang berbahaya. Dan sebagai penutup, hendaknya kita mengukur segala sesuatu dengan ilmu, dengan akal yang lurus. Suatu pertikaian tidak akan membuahkan hasil yang manis buat kita semua. Dan kita harus waspada dari sebab-sebab pertikaian yang terselubung. Wallahu ‘alam.

Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam Dikunjugi Metro TV 02

Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam Dikunjungi Metro TV 02 Posted 15/03/2012 by thalibmakbar in Tanya Jawab. Ditandai:ma'bar, yaman, dar, hadits, thalib, metro TV, khutsi, rafidhah, dammaj. Johan: Tadikan disini kita tahu, di dammaj itu kita buka di internet dan buku, itu ada di serang al-hutsy, dammaj itu memang betul diserang mereka mempertahankan diri, terus penjagaan, saya lihat masuk tadikan banyak sekali didepan disini disini, apakah ini juga, apa ancamannya, apakah al-hutsy juga akan menyerang, kok ketat sekali gitu loh? Terus satu lagi, di shanaa ada jamiah al-iman, mereka itu bagaimana pendapat Syeikh tentang al-iman itu, karena kalau kita kemarin kesana itu, dengan pemerintah mereka sepertinya itu tidak cocok, karena mereka tidak dikasih ijin -santri itu- oleh pemerintah Yaman, tidak ada dikasih ijin disitu mereka disana, apa betul seperti itu? Syaikh: Terkait adanya penjagaan yang lumayan ketat di tempat kita ini, maka ini dikarenakan kondisi dan peristiwa yang ada, juga karena kelakuan kaum Khutsi untuk menyalakan api keributan, berupa pengeboman dan peledakan, dan semisal semua ini. Maka penjagaan itu diadakan dari segi ini. Kami memohon kepada Allah تعالى kelembutan. Kondisi berubah-ubah, seakan urusan menjadi lebih parah dengan tidak tegaknya pemerintah saat-saat ini sesuai yang diinginkan. Maka merupakan hak setiap orang untuk waspada dan hati-hati pada semua kondisi ini. Kami memohon pertolongan kepada Allah تعالى. Adapun terkait Jami’ah Al-Iman. Kenapa pemerintah melarang kalian ke sana. Maka hal ini dikarenakan sesuatu yang timbul berkembang dalam diri mereka sendiri. Padahal awal-awalnya tidak ada yang seperti ini. Adapun kita, antara kami dengan partai-partai yang ada, bahkan antara kami dengan pemerintah, kami berusaha untuk menyampaikan nasehat kepada mereka. Kami berkeyakinan untuk memberikan nasehat yang lurus, baik kepada partai politik ataupun kepada pemerintah, untuk menjauhi hal-hal yang menyebabkan Allah تعالى murka, akibat adanya berbagai perselisihan. Maka kami menasehatkan kepada pengurus Jami’ah Al-Iman agar menjauhi perkara perpartaian ini yang memecah belah kaum muslimin, dan melemahkan kaum muslimin, sehingga timbullah kerusakan persaudaran kaum muslimin. Hanya kepada Allah تعالى kita memohon kelembutan. Dan kami juga nasehatkan kepada kaum muslimin dari dulu dan mendatang agar mereka menjaga hak-hak sesama manusia, menjaga negara. Ini yang kami jalani dari dulu dan mendatang. Pertanyaan: Apa keyakinan yang dianut oleh kaum Khutsi (Syi’ah Rafidhah)? Dan apa yang menjadikan Khutsi menyerang Dammaj? Syaikh: Rafidhah secara umum adalah orang-orang yang berkeyakinan untuk mengedepankan ‘Ali bin Abi Thalib dibanding Abu Bakr dan ‘Umar dalam hal kepemimpinan dan keutamaan. Maka inilah orang Rafidhah. Jika dia berkeyakinan untuk mencaci Abu Bakr dan ‘Umar dalam kepemimpinan mereka, maka ini disebut Rafidhah Fanatik (dedengkot tertinggi). Rafidah berkeyakinan mengkafirkan banyak dari shahabat Nabi صلى الله عليه وسلم. Maka hal ini merupakan bentuk pendustaan terhadap Al-Qur’an Al-Karim, karena Allah تعالى telah memuji merekomendasi para shahabat dan ridha kepada mereka, dan juga Allah تعالى menyatakan bahwa mereka itu orang-orang yang jujur dan orang-orang yang beruntung dan selaindari itu. Demikian juga Rafidhah memiliki sikap yang melewati batas terhadap keluarga Nabi صلى الله عليه وسلم, terhadap ‘Ali bin Abi Thalib, Al-Hasan, Al-Husain, Fathimah, dan orang-orang yang mereka sebut dengan para imam. Maka mereka berlebih-lebihan pada mereka. Mereka mengatakan: para imam ini ma’shum. Sedangkan tidak ada seorang pun yang ma’shum kecuali para Nabi صلى الله عليه وسلم dan para Rasul. Sifat ma’shum ini tidak dimiliki oleh seorangpun dari pengikutu mereka, baik khalifahnya atau yang lain. Bahkan Rafidhah lebih parah sikap melampui batasnya dari hal ini. Telah terjadi ada masa pemerintahan ‘Ali bin Abi Thalib dan ini terkenal secara sejarah bagi semua kelompok dan sekte. Diberitakan dengan benar bahwa Abdullah bin Saba’ (orang Yahudi yang menampakkan keislaman pemrakarsa sekte Rafidah) dan pengikutnya berkata kepada ‘Ali: “Kamu adalah Allah تعالى”. Maka ‘Ali mengatakan pada mereka: “Wahai kaum, aku ini manusia seperti kalian, aku makan seperti kalian makan, aku minum seperti kalian minum, dan aku juga menikahi wanita.” Mereka tetap berkata: “Tidak, kamu adalah Dia (Allah تعالى).” Maka ketika mereka ngotot mengatakan bahwa ‘Ali adalah Allah تعالى, maka ‘Ali menyatakan mereka telah murtad keluar dari islam, dan menylakan api membara lalu melemparkan mereka dalam api dan emmbakar mereka (karena tidak mau bertaubat). Inilah tonggak benih kerusakan di kalangan kaum muslimin, melalui jalan Abdullah bin Saba’ dan pengikutnya. Maka mereka meletakkan dua pondasi: Celaan kepada para shahabat, terkhusus Abu Bakr dan ‘Umar. Sikap berlebihan terhadap keluarga Nabi صلى الله عليه وسلم, menganggap mereka ma’shum, dan sebagian mereka mengatakan: kenabian itu hanya milik mereka, dan sebagian lagi lebih melewati batas sampai pada batasan menjadikan salah seorang mereka sebagai Allah تعالى. Hal tadi adalah keyakinan mereka pada zaman dulu. Demikian juga diantara keyakinan mereka belakangan ini adalah keyakinan bahwa Al-Qur’an telah diubah, keyakinan bahwa mereka memiliki Al-Qur’an yang disebut dengan Al-Qur’an Fathimah, dan itulah Al-Qur’an yang terjaga, itulah Al-Qur’an yang akan dijadikan patokan hukum oleh Imam Mahdi mereka jika keluar, yaitu Mahdi dari Lorong Sirdab. Mahdi model ini hakikat sebenarnya dalah khurafat (takhayul). Hanya saja keyakinan mereka, bahwa mahdi ini akan keluar dan akan berhukum dengan Al-Qur’an Fathimah secara benar. Dia akan mengeluarkan Al-Qur’an ini, dan akan membebaskan Makkad dan Madinah. Dan selain itu dari keyakinan mereka. Demikian juga keyakinan mengkafirkan orang lain. Contohnya mereka mengkafirkan shahabat Rasulullah, mereka mengkafirkan kum muslimin yang memiliki loyalitas dengan shahabat, setiap orang yang mereka temukan mengucapkan “Radhiyallahu ‘anhu” pada shahabat maka mereka anggap dia kafir, sehingga mereka menganggap darah mereka halal untuk ditumpahkan, harta mereka halal untuk dirampas, kehormatan mereka halal untuk dihinakan. Hanya saja mereka menyembunyikan keyakinan ini sampai mereka kuat memiliki pengaruh. Jika mereka telah memiliki pengaruh dan merasa kuat maka mereka tampakkan hal itu. Diantara pokok penyimpangan dan kesesatan mereka adalah taqiyah. Maknanya adalah: Mereka menampakkan di hadapan kaum muslimin yang mereka takuti hal-hal yang seakan sesuai dengan kaum muslimin, sehingga kaum muslimin menyangka bahwa mereka bukan orang yang menyimpang. Dan hakikatnya mereka tetap pada penyimpangan mereka, akan tetapi melakukan taqiyah ini pada saat mereka lemah di hadapan orang-orang yang mereka takuti akan mengingkari mereka dan menjelaskan hakikat mereka. Maka mereka berusaha untuk menampakkan bahwa rafidhah tidaklah memiliki kejelekan ini tidak pula penyimpangan ini, dan selain itu berupa keyakinan-keyakinan seperti pengakuan bahwa merekalah yang paling berhak terhadap khilafah dan kepemimpinan, dan khlafah itu adalah anugerah Allah تعالى yang khusus untuk mereka tidak pantas untuk selain mereka. Dan mereka berkeyakinan jika yang menjadi khalifah dan pemimpin adalah orang selain mereka maka orang tersebut kafir dan halal darahnya ditumpahkan, hartanya dirampas dan kehormatannya dihinakan. (Dan inilah yang menjadikan Syi’ah Rafidhah kalau sudah memiliki kekuatan mereka menggulingkan pemerintah yang ada). Dan selain dari itu dari yang mereka miliki berupa penyimpangan an kesesatan. Dan yang menjadikan Khutsi menyerang kaum muslimin di Dammaj dan tempat lainnya adalah keyakinan mereka di atas. Yang mana sebagaimana kalian dengar. Kalau saja mereka berani mengkafirkan banyak shahabat itu kafir, maka lebih akan berani lagi dan lancang untuk mengkafirkan kaum muslimin selain shahabat Nabi صلى الله عليه وسلم. Padahal para shahabat Nabi صلى الله عليه وسلم itu telah dipuji dan direkomendasi oleh Allah تعالى, dan tidak tersisa lagi hal yang tidak mereka cela. Lebih dari itu mereka melampaui batas dan zhalim dengan mengkafirkan para shahabat. Maka orang-orang Rafidhah seperti Khutsi ini akan menyerang, sama saja di Dammaj atau tempat lainnya (di dunia ini). Mereka akan menyerang kaum muslimin secara umum, terkhusus lagi mereka akan menyerang ahlus sunnah. Karena mereka mengkafirkan ahlus sunnah dan menghalalkan darahnya, hartanya dan kehormatannya. Akan tetapi Rafidhah akan berusaha untuk menyembunyikan hakikat ini. Disaat mereka memiliki aqidah yang membolehkan segala hal, maka mereka hanya menunggu waktu yang tepat dan kesempatan yang tepat untuk melancarkan misi keyakinan mereka itu. Allah تعالى yang lebih tahu semua ini. Johan: Syukron Syeikh. Syaikh: Semoga Allah تعالى mengampunimu. Seperti biasanya Syaikh ketika kedatangan tamu dari orang Indonesia (entah tamu dari KBRI atau para ustadz dari Indonesia, atau rombongan dari Indonesia yang lain) maka beliau langsung menyediakan waktu, meninggalkan rutinitas beliau yang sangat padat. Setelah itu pada saat makan siang beliau menyediakan jamuan spesial lalu makan bersama tamu dengan penuh pemuliaan. Sebagaimana hal itu bisa ditanyakan kepada siapa saja yang hadir dalam pertemuan tersebut. Betapa Syaikh mencontohkan kepada umat dan terkhusus kepada muridnya bagaimana memperlakukan orang dengan baik. Sama saja itu dari kalangan ahlus sunnah sendiri, ataupun dari selain ahlus sunnah. Tidak sedikit orang-orang dari kalangan awam yang mencintai beliau karena sikap beliau ini. Tidak sedikit beberapa pejabat hormat pada beliau karena sikap beliau. Padahal penampilan beliau bukanlah perlente kayak kebanyakan orang, badannya kecil kurus, namun Allah تعالى menjadikannya berwibawa dengan ilmunya dan sikapnya terhadap semua orang dengan baik. Inilah contoh dari ulama kita, ulama kaum muslimin. Semoga Allah تعلى menjadikan apa yang kami sampaikan ini bermanfaat, membawa pencerahan kepada orang yang hendak mencari hakikatnya. Semua anugerah dan kenikmatan adalah pemberian Allah تعالى semata tiada sekutu bagi-Nya. Pelajar Indonesia Di Darul Hadits Ma’bar – Yaman Download transkrip arabnya: Metro TiPi (format PDF) Download suaranya: Wawancara Metro TV – Syaikh Imam (MP3)

Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam Dikunjungi Metro TV 01

Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam Dikunjungi Metro TV 01 Posted 15/03/2012 by thalibmakbar in Tanya Jawab. Ditandai:dar, hadits, khutsi, ma'bar, metro TV, rafidhah, thalib, yaman. بسم الله الرحمن الرحيم Berikut transkrip wawancara antara Syaikh Muhammad Al-Imam pimpinan dan pengasuh Darul Hadits - Ma’bar, Yaman dengan rombongan dari Metro TV. Terselenggara pada tanggal 01 Februari 2012, di ruangan Syaikh di Darul Hadits Ma’bar. Yang hadir di tempat tersebut adalah Syaikh beserta dua pendamping (salah satunya putra kedua beliau). Dari pelajar WNI ada enam orang. Dan dari Metro TV adalah Josua Johan, Edward A.R, Ahmed Munzir Al-Ghazali, dan Panji Dewanata. Dan ada seorang reporter wanita (Desi Fitriani) melakukan pertemuan terpisah bersama dua santriwati Indonesia dan dengan Istri Syaikh beserta keluarga beliau yang lain. Sebenarnya ada satu penterjemah, namun suaranya kami hilangkan dan tidak kami transkrip, kami mencukupkan dan sengaja menyajikan pertanyaan asli dari Metro TV. Wawancara tersebut sebagai berikut: Johan: Kita cukup bergembira Syeikh dan kawan-kawan bisa meluangkan waktu untuk kita bertemu dan kita dari shanaa sampai sini, banyak yang kita lihat budaya-budaya muslim yang ada disini. Jadi kunjungan kami kesini saya Johan, Pak Eed, Pak Ahmed dan Pak Dewa dari Metro TV pada intinya mau melihat kondisi warga Negara Indonesia yang sekolah dibanyak tempat di Yaman ini, karena beberapa waktu yang lalu kita mendengar warga Negara kita disini ada yang terancamlah gitu dalam kondisi terjebak dalam segala ancaman, jadi kita ini sebenarnya mau lihat seperti apa sebenarnya warga Negara kita, ternyata ada banyak tempat dan diantaranya di ma’bar ini, untuk itulah kami mau berkunjung kesini sekaligus bersilaturahmi dengan Syeikh, kira-kira disini ada berapa orang warga Negara Indonesia yang sekolah di mabar ini. Syaikh: Segala puji bagi Allah تعالى. Dan aku bersaksi bahwa tiada ilah yang benar kecuali Allah تعالى semata tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah تعالى, semoga shalawat dan keselamatan selalu tercurah pada beliau, keluarga beliau, dan para shahabat beliau. Pertama, selamat datang dengan kemudahan kepada saudara-saudara yang berkunjung kepada kami untuk berziarah -sebagaimana mereka katakan-, juga untuk melihat secara langsung keadaan para pelajar dari Republik Indonesia yang berada di tempat kami. Selamat datang kepada mereka. Adapun terkait jumlah pelajar (Indonesia) yang berada di sini, maka hal ini datanya ada pada penanggung jawab para pelajar yang datang dari luar Yaman, karena tercatat dalam daftar yang ada pada dia. Adapun saya, hal tersebut bukan bagian saya. Anak saya (yang pertama) Abdurrahman adalah yang diamanahi tugas tersebut, para pelajar tersebut datang ke dia dan dia mencatatnya, menerimanya dan menjelaskan kepada mereka metode belajar kita. Maka tidak mengapa untuk dipertanyakan hal ini kepada Nak Abdurrahman -semoga Allah تعالى menjaganya-. Johan: Dari banyaknya jamiah yang ada di Yaman ini kira-kira apa beda atau yang spesifiklah di jamiah ini di perguruan ini dibandingkan dengan jamiah-jamiah yang ada di Yaman lainnya atau di tempat-tempat lain, apa yang khusus perbedaannya disini yang mungkin membuat ketertarikan juga dari teman-teman dari Indonesia untuk sekolah disini. Syaikh: Perbedaan antara belajar di Darul Hadits -yang dengan keberadaannya Allah تعالى memuliakan penduduk Yaman pada zaman ini- dengan belajar di Kampus atau kuliah dan seterusnya sangatlah besar. Perbedaannya besar dan luas. Pertama: Belajar di Darul Hadits adalah mempelajari agama, Al-Qur’an dan As-Sunnah, beserta bahasa Arab (sebagai kunci memahami Al-Qur’an dan Hadits). Atau kalau mau kita sebut: Mempelajari Al-Qur’an dan Hadits beserta semua ilmu alat yang mendukung untuk memahami Al-Qur’an dan Hadits. Maka belajar di sini hanya terkhusus dengan pengetahuan agama Allah تعالى, penyebarannya, menyeru masyarakat kepadanya, dan istiqamah di atasnya. Entah dalam bentuk menulis buku, menyampaikan bantahan pemberi kerancuan, dan membela agama ini. Belajar di tempat kami adalah belajar agama semata, pelajaran agama dari awal sampai akhirnya. Pelajaran di Universitas dan semisalnya, materi ilmunya campur aduk. Telah disusupi berbagai pengetahuan yang merusak, telah disusupi berbagai ilmu filsafat, dan berbagai ilmu sebagian kelompok dan sekte sesat, apa saja yang telah masuk. Demikian juga, maksud kita belajar adalah -pertama- agar kita bisa memperbaiki diri-diri kita, kemudian kita berusaha untuk memperbaiki keadaan kaum muslimin sebatas yang kita mampu untuk kita tempuh. Maka maksud yang mulia dan tuntutan yang agung inilah yang menyejukkan dada kita, dengannya cita-cita dan ketakwaan kita mejadi tinggi, semua ini disebabkan tekad yang ada. Kalau begitu, hendaknya seseorang mencari ilmu yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat, yang dengannya semua kondisi keagamaan dan duniawinya menjadi baik, kondisi duniawi dan akhirat. Oleh karenanya, Imam Ad-Darimy dan Ibnu Abdil Barr serta lainnya meriwayatkan dari Imam Besar Ibnu Syihab, bahwa beliau berkata: “Para ulama kita berkata: “Ilmu itu sebab tegak dan terangkatnya agama dan dunia, dan hilangnya ilmu menjadi sebab hilangnya agama dan dunia.” Yang dimaksud adalah ilmu syar’i. Maka kita juga demikian memahami, bahwa ilmu syar’i itu menjadi sebab tegaknya agama dan sebab baiknya dunia. Dan mengabaikan ilmu syar’i atau meninggalkan secara keseluruhan atau meninggalkan sebagiannya atau tidak peduli dengan ilmu syar’i dan penyebarannya, maka ini merupakan sebab terbesar terjatuhnya kaum muslimin ke dalam kekacauan, kekacauan dan berpengaruh terhadap kehidupan agamanya dan kehidupan duniawinya. Maka kita memilih untuk diri-diri kita semua hal yang diajarkan oleh Kitabullah (Al-Qur’an) dan sunnah Nabi kita صلى الله عليه وسلم, yang mana para ulama pendahulu telah bergegas merengkuhnya. Namun bersamaan dengan ini kami tidaklah mengharamkan ilmu yang mubah (boleh secara syar’i), yaitu dari ilmu dunawi, seperti ilmu kedokteran, teknologi, dan ilmu yang lain yang memberikan manfaat duniawi, kami tidak mengharamkannya. Hanya saja kami melihat ilmu-ilmu duniawi ini lebih dikejar melebihi batas yang dianjurkan. Sementara ilmu syar’i banyak dari kaum muslimin dan putra-putrinya yang meninggalkan ilmu syar’i ini kecuali sedikit orang saja. Apa saja di samping ilmu-ilmu selain ilmu syar’i maka terkadang pemilihan dan pengejaran tersebut untuk ilmu-ilmu yang lain. Termasuk diantara perbedaan yang ada, bahwa ketertarikan di universitas itu lebih memilih dan mengejar ilmu selain ilmu syar’i. Contohnya mengejar pelajaran bahasa asing seperti Inggris dan selain itu, dan lebih menjadikan ilmu syar’i itu pengikut (atau kalau ada waktu). Tidak ada yang memberikan perhatian khusus terhadap ilmu syar’i kecuali sedikit orang. Ini kurang lebih tiga perbedaan yang kita sebutkan antara belajar di tempat kami dan belajar di universitas yang lain. Johan: Tadi Syeikh menyampaikan ada juga jamiah-jamiah lain di Yaman ini yang memberikan pelajaran kesesatan, itu seperti apa contohnya? Bisa dijelaskan? Syaikh: Saya berbicara tentang apa yang terjadi di tempat kami di Yaman. Dan aku kira di tempat selain Yaman -kecuali jarang- keadaannya seperti ini atau bahkan lebih parah. Yaitu (pelajaran yang berisi perusakan agama) seperti filsafat yunani pada beberapa bidang, entah perkara yang terkait dengan perkara ketuhanan (atau yang lainnya). Adapun ajaran-ajaran yang lain seperti aqidah sekte Asy’ariyah, aqidah sekte Mu’tazilah, aqidah sekte Jahmiyah, maka semua adalah hal-hal yang banyak terdapat pada buku-buku sekolahan. Seperti adanya keyakinan bahwa Al-Qur’an itu makhluk (bukan ucapan Allah تعالى). Berbagai aqidah yang semisal ini banyak terdapat pada buku-buku tersebut. Johan: Apakah dikampus ini siswa-siswa WNI ada diberikan pelajaran-pelajaran, seperti perang atau bawa senjata (nembak), tadi kita lihatkan ada yang bawa senjata, kan ditempat kita cukup jarang seperti itukan? Apakah disini WNI ada juga dilatih dalam pelajarannyalah di jamiah sini, kurikulumnya begitu atau mungkin tidak dikurikulum, apa mungkin ada pelajaran tambahanlah, mungkin kumpul-kumpullah begitu, apakah ada seperti itu? Syaikh: Tidak ada hal itu di tempat kami. Tidak ada pelajaran pelatihan senjata untuk orang asing. Bahkan pelajar yang berasal dari luar Yaman kami katakan pada mereka: “Kalian tidak butuh untuk memegang senjata, karena kalian tidak ada kepentingan terhadapnya. Dan kami dengan izin Allah تعالى akan menjaga Darul Hadits ini. Kalian tidak membutuhkannya.” Karena mungkin saja sebagian orang asing beranggapan: “Saya butuh senjata.” (Orang asing di Ma’bar ada yang dari Somalia, Indonesia, Perancis, Jaza’ir, Amerika, Kamerun, Nigeria, Etiopia, Mali dll). Namun kami mengatakan: “Kamu nggak butuh. Karena hal ini justru akan mengundang pengawasan intelijen (sehingga kalian ditangkap dan kamu justru tidak bisa belajar). Karena tuduhan yang ada sekarang ini, bahwa warga selain Yaman ini datang sebagai teroris, atau yang semislanya.” Kami memberikan arahan (serta mempersyaratkan) kepada pelajar asing yang ingin belajar di tempat kami, bahwa mereka akan aman di tempat kami, mereka akan tenang dengan izin Allah تعالى, bisa istirahat dengan tenang dengan izin Allah تعالى, dan juga mereka itu tidak butuh kepada senjata. Ini yang ada terjadi di tempat kami (mereka tidak boleh dekat-dekat senjata), apalagi mau dikatakan kami mengajari mereka. Kami memandang hal ini tidak diperlukan untuk mereka. Itu (mengajari senjata) bukan misi kami, bukan pula tujuan dan tuntutan kami. Bahkan seperti yang kalian dengan kami katakan pada mereka: “Kalian tidak perlu memegang senjata. Carilah ilmu syar’i dan curahkan waktu kalian untuk itu. Ini yang kami bimbingkan kepada kalian, dan ini yang akan klian ambil manfaatnya.” Dan Alhamdulillah. Johan: Indonesia itukan masyarakatnya banyak suku banyak agama, terus kalau nanti santri-santri atau murid-murid yang ada disini kembali ke Indonesia itu setelah selesailah mengikuti disini, apa harapan dari Syeikh ini? Untuk para santri yang lulusan dari ma’bar ini jika mereka kembali ke Indonesia? Syaikh: Kami mengajari para pelajar dan berharap dari mereka agar Allah تعالى menjadikan mereka bermanfaat. Yaitu agar mereka menyeru masyarakat untuk berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan Sunnah, agar masyarakat yang melenceng dari Al-Qur’an dan Sunnah kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah serta mengamalkannya. Kami katakan kepada para pelajar agar berdakwah menyeru masyarakat kepada Allah تعالى dengan cara yang baik. Karena Allah تعالى berfirman; ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ “Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan bijak dan peringatan yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Rabb-mu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (An-Nahl:125) Maka kami menyeru -sebatas yang kami mampu- kaum muslimin agar berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan Sunnah. Dan Allah تعالى akan menjadikan hal itu bermanfaat. Kalbu manusia itu ada di tangan Allah تعالى. Dan Allah تعالى adalag Dzat yang memberikan petunjuk kepada para hamba. Dan Alhamdulillah, telah terjadi banyak kebaikan dengan bergeraknya para pelajar untuk memberikan nasehat kepada masyarakat dan untuk menyeru mereka untuk menambah bekal kebaikan. Dan para pelajar juga menyeru mereka agar menjauhi hal-hal yang bertentangan dengan syari’at Allah تعالى, berupa kebid’ahan, dan hal-hal yang lebih para dari itu. Hanya kepada Allah تعالى kita meminta tolong. Ini yang kami harapkan dari para pelajar, dan ini yang kami arahkan (ajarkan) untuk mereka lakukan sesuai dengan kadar kemampuan mereka. Johan: Beliau terkait dengan ketaatan kepada pemerintah tadi, Negara kitakan mengakui adanya agama-agama tadikan? Jadi tidak masalah, jadi intinya tadi Syeikh sampaikan syiar agama tetap tapi dengan hikmah. Apa kaitan pesantren disini dengan yang di dammaj karena kita nggak dikasi ke dammaj sama pemerintah Yaman, jadi kita mau kesana tidak boleh sama pemerintah Yaman, tapi kesini boleh, apa hubungan disini dengan disana apa ada beda atau sama, atau bagaimana? Syaikh: Hubungan kami dengan Dammaj? Bahwasannya dakwah kami satu, dan kami juga sering kontak dengan mereka. Adapun terkait larangan pemerintah Yaman, maka mungkin terjadi karena adanya kekhawatiran di jalan. Kalau tidak, maka dulu beberapa pihak dari kalian (Dubes dan jajaran KBRI) telah pergi ke sana. Entah pada zaman Syaikh Muqbil Al-Wadi’iy (Pak Dubes waktu itu ke sana), demikian juga saya kira pada zaman Syaikh Yahya ini. Maka larangan dari pemerintah ini, mungkin sebagai akibat dari adanya bentrokan dan keributan atau pencegatan di jalanan. Abdullah putra Syaikh: Bagaimana kondisi Dammaj sekarang ini? Syaikh: Sekarang keadaan telah tenang dan pengepungan / blokade telah dibuka. Orang-orang keluar masuk ke Dammaj. Ada yang telah pergi ke Dammaj dan telah keluar dari Dammaj. Kondisi tenang. Dan kita memohon kepada Allah تعالى agar melanggengkan kenikmatan dan kebaikan-Nya. Eed: Jadi ma’bar sama dammaj sama pendidikannya, sama pelajarannya atau kurikulumnya sama, terus bagaimana pendapat Syeikh tentang fatwa dari Syeikh yang di dammaj itu untuk santri-santrinya mengangkat senjata mempertahankan diri, kalau boleh tahu pendapat Syeikh bagaimana? Syaikh: Semoga Allah تعالى memberikan barakah pada kalian. Terkait dengan pembelaan terhadap kehormatan, jiwa, harta dan agama bagi orang yang dizhalimi dan dianiaya, maka hal ini adalah hal yang disyari’atkan dalam agama, dan ini juga hal yang disepakati oleh syari’at. Ini dari tinjauan sayari’at. Demikian juga secara undang-undang dan adat kebiasaan internasional, bahwa pembelaan terhadap jiwa dan kehormatan itu dibenarkan bagi orang yang terzhalimi, dia bisa membela diri. Maka keadaan saudara kita di Dammaj memiliki penjagaan, memiliki pos di gunung Baraqah di atas Darul Hadits Dammaj adalh semata-mata bentuk perlindungan dan penjagaan untuk Darul Hadits, membela Darul Hadits. Dan ini tuntutan yang dibenarakan syari’at. Hal ini dilakukan karena adanya sebab yang menuntut untuk itu, yang mendorong untuk dilakukan. Yaitu usaha orang-orang Khutsi untuk menyerang dan kezhaliman mereka, gerakan dadakan mereka, dan usaha mereka untuk menumpahkan kerusakan yang besar kepada saudara kita berupa pembunuhan dan semisalnya. Maka hal seperti ini disebut dengan pembelaan diri akan jiwa, kehormatan, dan agama pada waktu yang bersamaan. Demikian sebagaimana kalian dengar, hal ini dibenarkan secara syari’at, secara adat kebiasaan, dan secara undang-undang internasional. Alhalmdulillah. Bersambung: Syaikh Muhammad Al-Imam Dikunjungi Metro TV 02 Download transkrip arabnya: Metro TiPi (format PDF) Download suaranya: Wawancara Metro – Syaikh Al-Imam (MP3)

BENARKAH MEREKA TIDAK BISA MEMBEDAKAN ANTARA SALAFI DAN TERORIS DI ERA KETERBUKAAN INFORMASI INI…!?

BENARKAH MEREKA TIDAK BISA MEMBEDAKAN ANTARA SALAFI DAN TERORIS DI ERA KETERBUKAAN INFORMASI INI…!? [SEBUAH JAWABAN SINGKAT UNTUK BPK. AGUS MAFTUH ABEGEBRIEL , PROF. SAID AGIL SIROJ (Ketua NU berpaham SYI’AH), SYAIKH IDAHRAM dan METRO TV] Allah tabaraka wa ta’ala berfirman, وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نِبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الإِنسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari kalangan) manusia dan (dari kalangan) jin, yang mereka satu sama lain saling membisikkan perkataan-perkataan yang indah untuk menipu (manusia)” [Al-An’am: 112] Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Dan perkataan Allah Ta’ala, “Mereka satu sama lain saling membisikkan perkataan-perkataan yang indah untuk menipu (manusia)”, maknanya adalah mereka mengatakan kepada yang lainnya ucapan yang dihiasi (dengan kata-kata yang menipu), sehingga membuat orang bodoh yang mendengarnya tertipu.” [Tafsir Ibnu Katsir, 3/321] Memperburuk citra Ahlus Sunnah wal Jama’ah Salafiyin di mata ummat dan mengait-ngaitkan dengan aksi Terorisme, sebetulnya bukan baru sekarang ini dilakukan oleh orang-orang yang terusik dengan semakin tersebarnya dakwah kepada tauhid dan sunnah. Berbagai cara mereka lakukan untuk menjatuhkan dakwah yang mulia ini, tidak peduli walau harus berdusta, baik secara terang-terangan maupun dengan cara halus. Secara terang-terangan seperti yang dilakukan oleh Syaikh Idahram dan didukung penuh oleh Prof. Said Agil Siraj [Ketua NU berpaham SYI’AH] baik dalam pernyataan-pernyataannya maupun dalam buku “Sejarah Berdarah,” yaitu tuduhan dusta mereka bahwa Salafi terkait dengan aksi-aksi Terorisme. Adapun secara halus, yaitu tidak tegas menuduh Salafi terkait Terorisme namun dengan ucapan-ucapan yang mengarah ke sana, adalah seperti yang dilakukan Bpk. Agus Maftuh Abegebriel –hadaahullah- dalam “Bom Waktu dari Yaman” di Metro TV, sehingga pada akhirnya Metro TV dalam Metro Realitasnya benar-benar menuduh Darul Hadits, lembaga pendidikan Ahlus Sunnah Salafiyin di Yaman terkait Terorisme. سُبْحَانَكَ هَذَا بُهْتَانٌ عَظِيمٌ “Maha Suci Engkau (Ya Rabb kami), ini adalah dusta yang besar.” [An-Nur: 16] Dan lebih parah lagi, sangat tampak alasan tuduhan mereka terlalu dipaksakan, yaitu adanya para santri Darul Hadits yang terpaksa memanggul senjata untuk menjaga keselamatan diri-diri mereka dan kaum muslimin dari serangan pemberontak Syi’ah Hutsi. Bersamaan dengan itu, ketika kaum Syi’ah membantai para santri Darul Hadits hampir-hampir tidak pernah terdengar suara pembelaan mereka. وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُّبِينًا “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” [Al-Ahzab: 58] Muncul tanda tanya besar, benarkah mereka tidak bisa membedakan antara Salafi dan Teroris? Ataukah mereka sebenarnya sudah tahu perbedaan tersebut namun sengaja ingin menggiring opini yang salah terhadap Salafi? Kenapa perlu dipertanyakan? Sebab di era keterbukaan informasi seperti ini tentunya tidak sulit bagi orang-orang awam sekalipun untuk membedakan antara Salafi dan Teroris. Alhamdulillah dengan mudah sekali dapat ditemukan di dunia maya: PERINGATAN-PERINGATAN KERAS yang disampaikan oleh Salafi terhadap penyimpangan para Teroris, terutama yang mengatasnamakan JIHAD dalam aksi-aksi teror mereka. Bahkan sepanjang yang kami ketahui, tidak ada yang lebih keras membantah dan menerangkan penyimpangan Teroris melebihi Ahlus Sunnah wal Jama’ah Salafiyin. Walhamdulillah sejak lama kami pribadi telah menulis tema ini dalam blog pribadi, seperti dalam beberapa link berikut: http://nasihatonline.wordpress.com/2010/07/03/105/ [Nasihat Kepada Teroris: Ketahuilah, Jihad Beda dengan Terorisme!!!] http://nasihatonline.wordpress.com/2010/08/23/perang-terhadap-teroris-khawarij-bukan-perang-terhadap-islam/ [PERANG TERHADAP TERORIS KHAWARIJ BUKAN PERANG TERHADAP ISLAM] http://nasihatonline.wordpress.com/2010/09/23/perang-terhadap-teroris-khawarij-adalah-kewajiban-pemerintah-muslim/ [PERANG TERHADAP TERORIS KHAWARIJ ADALAH KEWAJIBAN PEMERINTAH MUSLIM] Bahkan terdapat web Salafi secara khusus membantah Terorisme: http://jihadbukankenistaan.com/ Demikian pula telah ditulis sejumlah buku oleh Asatidzah Salafiyin untuk membantah penyimpangan Teroris diantaranya: 1. “Mereka Adalah Teroris” karya Al-Ustadz Luqman Ba’abduh hafizhahullah, ditulis untuk membantah buku “Aku ‘Memang’ Teroris” karya Imam Samudera, dan buku ini mendapat reaksi keras, baik dari para teroris dan pendukungnya, maupun dari orang-orang yang simpati dengan sebagian prinsip-prinsip teroris seperti penulis buku “Siapa Teroris? Siapa Khawarij? seorang alumni Mesir yang kagum dengan tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin/PKS. 2. Antara Terorisme dan Jihad karya Al-Ustadz Dzulqarnain hafizhahullah. Apakah semua ini tidak diketahui oleh para penuduh tersebut ataukah pura-pura tidak tahu!? إن كنت لا تدري فتلك مصيبة … وإن كنت تدري فالمصيبة أعظم “Jika engkau tidak tahu maka itu musibah, namun jika engkau sudah tahu maka musibahnya lebih besar.” Bukankah adanya bantahan-bantahan terhadap terorisme menunjukkan jauhnya Salafi dari keterkaitan dengan aksi-aksi terorisme? Tidakkah mereka tahu fakta ini ataukah sebenarnya mereka telah tahu namun sengaja menyembunyikannya disebabkan ketidaksukaan dan kekhawatiran mereka terhadap meluasnya penyebaran dakwah salafiyah dan tegasnya dakwah ini dalam memberantas syirik dan bid’ah? وعين الرضا عن كل عيب كليلة … ولكن عين السخط تبدي المساويا “Pandangan simpati menutupi segala cela, Pandangan benci menampakkan segala cacat.” Namun alhamdulillah Pemerintah RI secara umum dan Densus 88 secara khusus insya Allah telah dapat membedakan mana Salafi dan mana Teroris. Maka sangat aneh kalau orang-orang media tidak dapat membedakan antara putih dan hitam. فَإِنَّهَا لا تَعْمَى الأَبْصَارُ وَلَكِن تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ “Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” [Al-Hajj: 46] Inilah “Sebuah Jawaban Singkat” kami, insya Allah jika ada kelapangan waktu akan kami tulis “Sebuah Jawaban Panjang” yang lebih rinci [Al Ustadz Sofyan Chalid Ruray | Via FB]

MEMBERIKAN PENGHARGAAN KEPADA MUSUH ISLAM, GAMBARAN RAPUHNYA KEIMANAN

MEMBERIKAN PENGHARGAAN KEPADA MUSUH ISLAM, GAMBARAN RAPUHNYA KEIMANAN Posted on 30 Mei 2012 by nasihatonline بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Alhamdulillah ‘ala kulli haal, ketika dakwah Ahlus Sunnah wal Jama’ah sedang berhadap-hadapan dengan proyek besar Kristenisasi atas nama PROYEK SOSIAL, sebagian orang yang mengaku muslim justru memberikan penghargaan kepada orang yang dicurigai berada di balik gerakan pemurtadan umat Islam tersebut. Sangat disayangkan, penghargaan tersebut di berikan di sebuah stasiun televisi swasta; Metro TV yang sebelumnya telah memfitnah ma’had Ahlus Sunnah di Yaman sebagai tempat pendidikan teroris.[1] Ada apa dengan Metro TV!? Berikut kutipan berita di sebuah media, “Romo Carolus, demikian dia akrab disapa. Sehari-hari pria yang memiliki nama lengkap Charles Patrick Edwards Burrrows, OMI itu menjadi Pastor di Paroki St Stephanus Cilacap. Dia telah menghabiskan waktu lebih dari 40 tahun menjadi motor perubahan sosial di Cilacap lewat sejumlah aksi sosial di bidang pendidikan, kesehatan, perekonomian, infrastruktur, dan lainnya. Tak ayal, Maarif Institute menganugerahinya MAARIF AWARD 2012 atas keberhasilan Carolus menyuntikkan semangat baru dan menumbuhkan model alternatif untuk penguatan dan pemberdayaan masyarakat di Cilacap. Pria kelahiran Dublin, Irlandia Selatan, 8 April 1943 itu menapakkan kaki kali pertama di Indonesia pada 9 September 1973, setelah bertugas di Paroki Sefton, Sydney, Australia. Setiba di Indonesia, anak keempat dari lima bersaudara itu diutus ke Cilacap. Di kabupaten terbesar di Jawa Tengah inilah Romo merasakan jatuh cinta pada Kampung Laut, sebuah kecamatan miskin nan terpinggirkan dengan empat desa, yakni UJUNGALANG, UJUNGGAGAK, KLACES dan PENIKEL.” Media tersebut juga menginformasikan, “Soal dana, dia menuturkan, seluruh programnya bisa berjalan karena ia rajin mencari dana ke sejumlah LSM di luar negeri dan kedutaan besar untuk membiayai misi kemanusiaan tersebut. Di antaranya dari Australia, Kanada, Jerman, Belanda, Irlandia, dan Amerika Serikat. Terakhir, ia memperoleh dana bantuan Rp 10 MILLIAR untuk pembangunan jalan di 100 desa di Cilacap.” Dari media lain, “Charles Patrick Burrows, OMI dan Ahmad Bahruddin menjadi dua nama penerima penghargaan Maarif Award 2012 yang diumumkan di Studio Metro TV, Jakarta, Sabtu malam. Charles Patrick Burrrows yang akrab disapa Romo Carolus adalah pastor Paroki St. Stephanus Cilacap, kelahiran Irlandia yang memberdayakan masyarakat KAMPUNG LAUT Cilacap sehingga keluar dari jurang kemiskinan.” Sungguh mengagetkan kita sebagai muslim, ternyata yang memberikan pernghargaan adalah Mantan Ketua Umum PP. Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif yang cenderung liberal, bahkan menurutnya, Front Pembela Islam (FPI) pun hormat kepada orang kafir ini. Media memberitakan, “Kekemanusiannya dan kesalehan sosialnya yang tinggi mengundang decak kagum siapa saja, termasuk tokoh-tokoh nasional. “Jarang ditemukan orang yang seperti ini. Dimensi kemanusiaannya jauh lebih dalam. Seorang FPI saja hormat kepada dia,” kata Buya Syafii Maarif pendiri Maarif Institute dalam sambutannya pada malam penganugerahan Maarif Award di Metro TV, Jakarta, Sabtu Malam. Buya Syafii berharap muncul generasi-generasi muda yang meniru dan bertindak seperti Romo Carolus.” Selesai kutipan. Beberapa Catatan Sebagai Nasihat Pertama: Aqidah Islam yang benar, Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengajarkan kita untuk membenci musuh Allah ta’ala, bukannya memberikan penghormatan dan penghargaan kepadanya. Meskipun Mantan Ketua Muhammadiyah, Ahmad Syafii Ma’arif dan Front Pembela Islam (FPI) menghormati dan memberikan penghargaan kepada Anda, namun kami berlepas diri dari Anda, sebab keimanan kami kepada Allah ta’ala sebagai sesembahan yang benar dan semua yang disembah selain-Nya adalah salah, menuntut kita untuk memusuhi musuh Allah (yaitu orang-orang yang kafir kepada-Nya) dan mencintai wali-Nya (yaitu orang-orang yang beriman kepada-Nya). Allah ta’ala menegaskan, لا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءهُمْ أَوْ أَبْنَاءهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ “Engkau tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir; berkasih sayang dengan orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, meskipun musuh Allah tersebut adalah bapak-bapak mereka, anak-anak mereka, saudara-saudara mereka dan karib kerabat mereka.” [Al-Mujadalah: 22] Juga firman Allah jalla wa ’ala, قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ “Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu PERMUSUHAN dan KEBENCIAN buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.” [Al-Mumtahanah: 4] Juga firman-Nya, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاء بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai orang-orang yang kamu cintai; sebahagian mereka (orang-orang kafir) hanya pantas menjadi orang-orang yang dicintai bagi sebahagian yang lain (orang-orang kafir pula). Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka sebagai orang-orang yang dicintai, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim.” [Al-Maidah: 51] Kedua: Aqidah Islam yang benar, Aqidah As-Salafus Shalih, Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengajarkan kepada kita agar jangan silau dan tertipu dengan amalan-amalan orang-orang kafir, sebab seluruh amalan mereka tertolak, tidak diterima oleh Allah tabaraka wa ta’ala. Hal itu disebabkan karena mereka telah melakukan dosa yang paling besar, yaitu menyekutukan Allah subhanahu wa ta’ala dan kafir kepada-Nya. Allah ta’ala berfirman, وَمَا مَنَعَهُمْ أَن تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَاتُهُمْ إِلاَّ أَنَّهُمْ كَفَرُواْ بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ “Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka harta-harta sedekah mereka (oleh Allah ta’ala) melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya.” [At-Taubah: 54] Juga firman-Nya, وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاء مَّنثُورًا “Dan Kami hadapi segala amal yang mereka (orang-orang kafir) kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.” [Al-Furqon: 23] Juga firman-Nya, وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ “Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” [Al-An’am: 88] Juga firman-Nya, لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ “Jika kamu mempersekutukan Allah, niscaya akan terhapuslah amalanmu.” [Az-Zumar: 65] Ketiga: Aqidah Islam yang benar, Aqidah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan sahabatnya mengajarkan kepada kita bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani adalah musuh yang akan terus berusaha menyesatkan kita. Allah ta’ala berfirman, وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِير “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar).” Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” [Al-Baqoroh: 120] Juga firman-Nya, وَلاَ يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّىَ يَرُدُّوكُمْ عَن دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُواْ وَمَن يَرْتَدِدْ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُوْلَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَأُوْلَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ “Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) memurtadkan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” [Al-Baqoroh: 217] Keempat: Aqidah Islam yang benar, yang diyakini seluruh ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah, termasuk Abu Hanifah, Malik, Syafi’i dan Ahmad bahwa seluruh orang-orang kafir adalah penghuni neraka dan mereka kekal di dalamnya. Allah ta’ala telah menghinakan mereka di dunia dan akhirat, bagaimana bisa seorang muslim memberikan penghormatan dan penghargaan kepada mereka?! Allah ta’ala berfirman, إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ “Sesungguhnya orang-orang kafir dari ahli kitab (Yahudi dan Nashrani) dan orang-orang musyrik (akan masuk) neraka jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka adalah seburuk-buruk makhluq.” [Al-Bayyinah: 6] Juga firman-Nya, أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا “Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami!? Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” [Al-Furqon: 44] Juga firman-Nya, إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu seorang penolong pun.” [Al-Maidah: 72] Kelima: Aqidah Islam yang benar, Aqidah yang berlandaskan Al-Qur’an, As-Sunnah dan Ijma’ Ulama, mengajarkan kepada kaum muslimin bahwa para pendeta Nasrani adalah penipu umat, pemakan harta manusia dengan cara yang batil dan pemalsu kitab suci untuk meraup keuntungan duniawi dan menyesatkan manusia. Allah ta’ala berfirman, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إِنَّ كَثِيرًا مِّنَ الأَحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan Pendeta-pendeta Kristen benar-benar memakan harta manusia dengan cara yang batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah.” [At-Taubah: 34] Juga firman-Nya, فَوَيْلٌ لِّلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَذَا مِنْ عِندِ اللَّهِ لِيَشْتَرُواْ بِهِ ثَمَناً قَلِيلاً فَوَيْلٌ لَّهُم مِّمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَّهُمْ مِّمَّا يَكْسِبُونَ “Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan (duniawi) yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan.” [Al-Baqorah: 79] Bukti akan hal ini telah kami sebutkan pada artikel: [DOWNLOAD DIALOG & NASIHAT] PENGAKUAN MANTAN MISIONARIS KRISTEN DAN BUKTI KEBENARAN AL-QUR’AN: KEBANYAKAN PENDETA KRISTEN ADALAH KORUPTOR & PEMALSU KITAB SUCI Link: http://nasihatonline.wordpress.com/2012/04/05/download-dialog-nasihat-pengakuan-mantan-misionaris-kristen-dan-bukti-kebenaran-al-quran-kebanyakan-pendeta-kristen-adalah-koruptor-dan-pemalsu-kitab-suci/ وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم [1] Kedustaan Metro TV ini telah kami bantah pada dua link berikut: http://ashthy.wordpress.com/2012/03/09/benarkah-mereka-tidak-bisa-membedakan-antara-salafi-dan-teroris-di-era-keterbukaan-informasi-ini/ http://sunniy.wordpress.com/2012/02/27/kabar-dari-dammaj-bom-waktu-dari-yaman/ Dalam hal pemberitaan tersebut Metro TV terkesan licik, sebab hasil wawancara mereka dengan Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam hafizhahullah, jauh berbeda dengan berita yang mereka sebarkan kepada masyarakat Indonesia, sedang wawancara itu sendiri tidak diberitakan. Alhamdulillah Ikhwan di Ma’bar berhasil mendokumentasikan wawancara tersebut pada dua link berikut: http://thalibmakbar.wordpress.com/2012/03/15/syaikh-muhammad-al-imam-dikunjungi-metro-tv-01/ http://thalibmakbar.wordpress.com/2012/03/15/asy-syaikh-muhammad-al-imam-dikunjugi-metro-tv-02/ nasihatonline.wordpress.com

Sabtu, 12 Januari 2013

Allah Maha Baik Dan Tidak Menerima Kecuali Yang Baik

Allah Maha Baik Dan Tidak Menerima Kecuali Yang Baik Ditulis Oleh Ustadz Abu Utsman Kharisman (Syarh Hadits ke-10 Arbain anNawawiyyah) عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ { يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ } وَقَالَ { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ } ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ Dari Abu Hurairah –semoga Allah meridlainya- beliau berkata: Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah adalah baik dan tidaklah menerima kecuali yang baik. Sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kaum mukminin sebagaimana perintah kepada para Rasul : يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ Wahai sekalian para Rasul, makanlah yang baik-baik dan beramal sholihlah, sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan (Q.S al-Mukminun:51) Dan Allah Ta’ala berfirman: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ Wahai orang-orang yang beriman, makanlah makanan yang baik dari rezeki yang Kami berikan kepada kalian (Q.S Al Baqoroh:172). Kemudian Nabi menceritakan keadaan seseorang yang melakukan safar panjang, rambutnya kusut, mukanya berdoa, menengadahkan tangan ke langit dan berkata: Wahai Rabbku, wahai Rabbku. Sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, diberi asupan gizi dari yang haram, maka bagaimana bisa diterima doanya?! (H.R Muslim) PENJELASAN HADITS Allah Maha Baik dan Tidak Menerima Kecuali yang Baik Nabi dalam hadits ini menyatakan : “Sesungguhnya Allah baik, dan tidak menerima kecuali yang baik”. Hadits ini juga menunjukkan bahwa salah satu Nama Allah adalah Thoyyib (Yang Maha Baik). Allah Maha Baik dalam segala hal : dalam Dzat-Nya, Sifat-Sifat, maupun perbuatanNya. Allah tersucikan dari segala macam bentuk aib, cela, dan kekurangan. Tidak serupa dengan makhluk. Tidak ada sesuatupun yang menyamainya. Perbuatan Allah seluruhnya baik. Apa yang Allah takdirkan pasti baik dan mengandung hikmah, sesuai keadilan dan kelebihan kebaikan (fadhilah) yang Allah berikan. Allah Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik. Karena itu, ibadah yang diterima Allah adalah hanya ibadah yang baik. Ibadah yang baik adalah ibadah yang terpenuhi 2 syarat yaitu ikhlas karena Allah dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam. وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ Dan tidaklah mereka diperintah kecuali untuk beribadah hanya kepada Allah dengan mengikhlaskan amal (Q.S alBayyinah : 5) مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ Barangsiapa yang melakukan suatu amalan tidak ada perintah dari kami (Nabi) maka tertolak (H.R Muslim) Jika amalan itu terkait dengan harta, seperti haji atau shodaqoh, maka harus berasal dari harta yang halal. لَا تُقْبَلُ صَلَاةٌ بِغَيْرِ طُهُورٍ وَلَا صَدَقَةٌ مِنْ غُلُولٍ Tidaklah sholat diterima tanpa bersuci, dan shodaqoh tidak diterima jika dari (hasil ketidakjujuran)(H.R Muslim) مَنْ تَصَدَّقَ بِعَدْلِ تَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ وَلَا يَقْبَلُ اللَّهُ إِلَّا الطَّيِّبَ وَإِنَّ اللَّهَ يَتَقَبَّلُهَا بِيَمِينِهِ ثُمَّ يُرَبِّيهَا لِصَاحِبِهِ كَمَا يُرَبِّي أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ حَتَّى تَكُونَ مِثْلَ الْجَبَلِ Barangsiapa yang bershodaqoh sebesar kurma dari usaha yang baik, dan Allah tidak menerima kecuali yang baik, Allah akan menerima shodaqoh itu dengan Tangan KananNya kemudian Allah akan memelihara untuk orang yang bershodaqoh itu sebagaimana salah seorang dari kalian memelihara anak unta, sampai tumbuh menjadi sebesar gunung (H.R alBukhari dan Muslim) Allah tidak cinta, ridha, dan memberi pahala kepada amalan yang tidak baik. Kadangkala suatu amalan sudah terpenuhi syarat dan rukunnya, tapi ia tercemari dengan perbuatan lain, akibatnya amalan tadi menjadi tidak berbuah pahala, meski telah gugur kewajibannya. Contoh: seorang yang mendatangi tukang ramal/ dukun (yang mengaku mengetahui perkara yang ghaib) sholatnya tidak diterima selama 40 malam, meski ia telah gugur kewajiban (sholat). مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً Barangsiapa yang mendatangi Arraaf (orang yang mengaku mengetahui hal ghaib: kasus kehilangan, dsb) kemudian dia bertanya tentang sesuatu, tidak diterima sholatnya selama 40 malam (H.R Muslim) Seseorang yang minum khamr, sholatnya tidak berpahala selama 40 hari : لَا يَشْرَبُ الْخَمْرَ رَجُلٌ مِنْ أُمَّتِي فَيَقْبَلُ اللَّهُ مِنْهُ صَلَاةً أَرْبَعِينَ يَوْمًا Tidaklah seseorang dari umatku minum khamr, kemudian Allah terima sholatnya 40 hari (H.R anNasaai, dishahihkan oleh Syaikh al-Albany) PERINTAH ALLAH KEPADA RASUL SAMA DENGAN PERINTAHNYA KEPADA ORANG BERIMAN LAINNYA Dalam hadits ini Nabi menyatakan : Sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kaum mukminin sebagaimana perintah kepada para Rasul. Ini menunjukkan bahwa secara asal, perintah untuk Rasul berlaku juga untuk para umatnya, kecuali ada dalil lain yang mengkhususkan. PERINTAH UNTUK MEMAKAN MAKANAN YANG HALAL DAN BERAMAL SHOLEH Dalam ayat lain Allah perintahkan untuk memakan makanan yang baik dan halal serta bersyukur kepadaNya: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ Wahai orang-orang yang beriman, makanlah yang baik-baik dari apa yang Kami rizkikan kepada kalian dan bersyukurlah kepada Allah jika kalian hanya kepadaNya beribadah (Q.S al-Baqoroh:172) Dalam hadits ini Allah perintahkan untuk beramal sholeh. Amal sholeh adalah segala bentuk perbuatan baik yang dilakukan secara ikhlas dan sesuai tuntunan Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam. Amal sholeh adalah yang menjadi bekal yang menemani seseorang di alam kubur: يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلَاثَةٌ فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ Ada 3 hal yang mengikuti jenazah seseorang. Dua kembali, dan satu tetap tinggal. Yang mengikutinya adalah keluarga, harta, dan amal sholehnya. Keluarga dan hartanya kembali, yang tetap tinggal adalah amalannya (H.R alBukhari) Seseorang yang menjelang ajal, akan berangan-angan seandainya ia bisa kembali punya kesempatan memperbanyak amal sholeh : حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ (99) لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ… (100) Sampai ketika telah datang kepada mereka kematian, mereka berkata: Wahai Tuhanku, kembalikan aku agar aku bisa beramal sholeh dengan amalan yang sebelumnya aku tinggalkan…(Q.S al-Mu’minuun : 99-100) Orang-orang penduduk neraka juga meminta untuk dikeluarkan dari neraka, dikembalikan ke dunia dan melakukan amal shaleh : وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ … Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: Wahai Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amalan sholeh berlainan dengan yang telah kami kerjakan… (Q.S Fathir : 37) Hal-hal yang Memudahkan Doa Terkabul Serta Penghalangnya Dalam hadits ini Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam mengisahkan contoh seseorang yang telah melakukan hal-hal yang memudahkan doanya terkabulkan, namun makanan, minuman, dan pakaiannya dari yang haram sehingga doanya sulit dikabulkan. Hal-hal yang memudahkan doa terkabul dalam ayat ini adalah : 1) Safar, 2) Rambut kusut dan berdebu (berpenampilan yang menunjukkan perendahan diri di hadapan Allah), 3) Menengadahkan tangan ke langit, 4) Mendahului doa dengan ucapan pengakuan Rububiyyah Allah: Ya Robb, Ya Robb (Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku), sebagaimana hal itu banyak disebutkan dalam doa-doa dalam AlQur’an (ucapan Robbanaa, Robii). Dalil-dalil lain yang menunjukkan bahwa hal-hal tersebut semakin memudahkan doa terkabul: Doa Musafir ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَا شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ Tiga doa yang mustajabah tidak diragukan lagi : Doa orangtua, doa musafir, dan doa orang terdzhalimi (H.R Abu Dawud dan atTirmidzi) Rambut yang kusut رُبَّ أَشْعَثَ مَدْفُوعٍ بِالْأَبْوَابِ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لَأَبَرَّهُ Bisa saja orang yang rambutnya kusut terhalau dari pintu-pintu, kalau ia bersumpah atas nama Allah, niscaya Allah tunaikan (H.R Muslim) Menengadahkan tangan ke langit (menghadap ke arah Allah) إِنَّ رَبَّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِي مِنْ عَبْدِهِ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ إِلَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا Sesungguhnya Tuhan kalian Tabaraka Wa Ta’ala Pemalu lagi Maha Mulya. Allah malu kepada hambanya jika mengangkat tangan ke arahNya (berdoa) kemudian Allah kembalikan kedua tangan itu dalam keadaan nihil (tidak dapat apa-apa)(H.R Abu Dawud, atTirmidzi, Ibnu Majah) Sedangkan penghalang terkabulnya doa adalah makanan dan pakaian yang haram. jika seseorang ingin doanya dikabulkan, maka hendaknya memastikan makanan, minuman, dan pakaiannya adalah baik dan halal serta berasal dari harta yang halal. Rujukan: Jaami’ul Uluum wal Hikaam karya Ibnu Rojab Fathul Qowiyyil Matiin karya Syaikh Abdul Muhsin alAbbad atTuhfatur Robbaniyyah karya Syaikh Ismail bin Muhammad al-Anshary Syarh al-Arbain anNawawiyyah karya Syaikh Muhammad bin Sholeh alUtsaimin Syarh al-Arbain anNawawiyyah karya Syaikh Athiyyah bin Muhammad Salim Syarh al-Arbain anNawawiyyah karya Syaikh Sholeh Aalu Syaikh Syarh al-Arbain anNawawiyyah karya Sulaiman bin Muhammad al-Luhaimid www.salafy.or.id